Berdasar pengalaman tahun lalu, aku dan Mama Ani memilih untuk menikmati Hari Raya di Batam pada tahun ini. Kurang seru dan tidak terasa suasana Hari Raya-nya adalah alasan utama kami tidak merayakan di Johor. Lagi pula tidak ada lagi saudara yang lain di Johor, semenjak Bayu memutuskan resign dari pekerjaannya dan pulang ke Jawa. Juga teman akrab Mama Ani, Weny yang mengambil kesempatan cuti satu minggu untuk merayakan hari Kemenangan bersama sanak saudaranya di Jawa Timur sana, jadilah tidak ada siapa-siapa lagi orang dekat keluarga kami untuk berbagi Hari Raya ini. Daripada sepi, Batam adalah pilihan terbaik jadi ke sanalah kami menuju.
Sabtu 27/Sept aku sudah booking ferry Penguin untuk keberangkatan Minggu petang 17.20 dari Harbour Front. Pertimbangan berangkat sore adalah agar bisa santai di perjalanan. ADA dan Mama Ani ingin mampir ke Vivo City S’pore untuk jalan-jalan, cuci mata sekalian cari anggur dan apel di salah satu supermarketnya. Kemudian juga untuk menyesuaikan dengan waktu berbuka puasa di Batam, mereka ingin berbuka di salah satu resto di Mega Mall Batam sebelum kemudian pulang ke rumah di Bukit Kemuning.
Acara sebelum Hari Raya tidak padat, kami cukup santai menjalaninya. Ada kunjungan ke Gramedia untuk beberapa buku, ada acara belanja baju baru, dan juga ke pasar basah di Pancur, Tj. Piayu. Wisata kuliner yang biasa kami lakukan sedikit tertahan karena masih bulan puasa 🙂 Lagi pula banyak restoran yang tidak sepenuhnya buka.
Saat Hari Raya, kami shalat Ied di masjid dekat rumah ramai-ramai dengan tetangga satu perumahan. Cuaca cukup adem karena malam sebelumnya hujan (tepat pada pergantian hari, hujan deras turun mengguyur), membuat lapangan/jalan sekitar masjid terasa lembab. Meski sudah dialasi koran dan sajadah, tetap saja dinginnya terasa. Namun tidak demikian dengan Khatib yang menyampaikan ceramah berapi-api, penuh semangat menyambut sinar matahari pagi di hari yang suci. Allahu akbar… Allahu akbar… Allahu akbar…!!!
Selanjutnya acara 2 hari itu penuh dengan salam-salaman, senyuman, dan tentu saja makan-makan! 🙂 Pada setiap rumah yang dikunjungi kami selalu disuguhi makanan khas Hari Raya yaitu lontong/ketupat opor ayam. Lebih dari 10 rumah para tetangga, sahabat dan kerabat yang kami datangi, semuanya menyuguhkan makanan yang sama. Walhasil, karena tidak sopan untuk menolak, perut sungguh terasa sesak. Tapi kebahagiaan karena bertemu dan bersilaturahmi dengan mereka tidaklah dapat digantikan dengan yang lain. Selamat Hari Raya, minal aidin wal faidzin, maaf lahir dan bathin…
Tidak bisa pulang kampung ke Payakumbuh atau Kediri tidaklah menghalangi kami untuk lancar berkomunikasi dengan keluarga. Jalur telepon adalah cara mudah dan murah, apalagi sejak perang promosi murah-murahan atau gratis-gratisan dari para provider kartu telepon pra-bayar, sangat memudahkan untuk berhubungan satu sama lain meski jarak yang terentang sangatlah jauh. Dengan itu jugalah kami sekeluarga menyampaikan salam dan permohonan maaf kami kepada orang tua dan sanak saudara yang tidak dapat kami temui. Mudah-mudahan tidak mengurangi makna dan maksud dari bermaaf-maafan dan merayakan Aidil Fitri yang suci.
Kembali ke Johor Sabtu 04/Oct kami membawa kebahagiaan dan senyuman.