26 Hours on the Road

Yup, 26 jam lebih sedikit kami di jalan! Aku, Mama Ani dan ADA melakukan perjalanan panjang dari Padang – Pekanbaru – Batam – Singapore dan Malaysia secara marathon mulai Rabu malam jam 8 (WIB) dan berakhir Kamis 11 malam (waktu Johor).

Bermula dari Padang ke Pekanbaru menggunakan kendaraan travel Mitsubishi Kuda selama 7.5 jam (20.30 malam ~ 04.00 pagi). Kami singgah di Masjid Al Fallah-II di jalan Sumatera, Pekanbaru untuk shalat Subuh, mandi, istirahat dan sarapan pagi. Kemudian menyelesaikan urusan di kantor Konsulat Malaysia di jalan Diponegoro sampai jam 09.30 pagi. Lalu berkunjung dan beristirahat di rumah saudara sepupuku Liman sampai jam 11.00 untuk kemudian naik taksi ke bandara Sultan Syarif Qasim II.

Terlantar dari penerbangan seharusnya jam 12.40 sampai ke jam 14.30 gara-gara Lion Air terlambat datang dari Jakarta, kami akhirnya mendarat di Batam jam 15.05 sore. Tanpa singgah dulu ke rumah di Bukit Kemuning, taksi langsung diarahkan ke Mega Mall untuk mencari makan siang yang sudah terlambat. Setelah makan, melompat ke ferry penyeberangan menuju Singapore jam 17.25 sore. Naik MRT ke Jurong Point dan nyaris tertinggal bus CW3 ke Gelang Patah jam 20.40 malam. Di pemeriksaan imigrasi Malaysia, petugasnya lelet banget sehingga kami terburu-buru naik bus lagi. Gara-gara itu, baru disadari kemudian di atas bus kalau kartu imigrasi ADA tidak dikembalikan olehnya. Karena tidak ada perhentian bus lagi untuk bisa kembali ke sana, kami terpaksa harus ke Gelang Patah dulu.

Sampai di Gelang Patah sudah jam 21.45, langsung telpon taksi untuk kembali ke imigrasi. Ternyata petugasnya sudah ganti shift dan si petugas pengganti tidak mengetahui dimana kartu imigrasi ADA berada. Aku temui atasannya di ruangannya dan ia meyakinkanku bahwa tidak ada masalah dengan ketiadaan kartu imigrasi ADA karena di passport dan kartu imigrasi Mama Ani ada indikasi tambahan anak yang ikut serta.

Sampai di apartemen jam 23-an setelah sebelumnya mampir di Awana Corner II untuk beli makan malam. Mandi air hangat, shalat, makan malam dan tidur terkapar lelap.

Dan pagi ini sudah kembali masuk kerja!

Calling Visa for Mama Ani & ADA

Tadi jam 11 Mama Ani dan ADA pulang ke Batam. Mereka melakukan persiapan menjelang pergi ke Pekanbaru hari Senin besok untuk mengurus izin tinggal di Malaysia. Calling visa dari Jabatan Imigresen Malaysia di Johor Bahru tertanggal 22/Nov aku terima dari agen tadi malam. Mereka kuberitahukan hal tersebut saat kami makan malam di kantin apartemen sepulang kerja.
Rencananya aku akan menyertai mereka ke Pekanbaru hari Minggu siang. Satu-satunya penerbangan ke Pekanbaru dari Batam hari Minggu hanyalah Mandala pukul 13.40 siang. Karena itu kami harus menginap semalam di sana agar Senin pagi bisa langsung memasukkan dokumen. Jika itu selesai, passport baru bisa diambil kembali setelah 3 hari. Kemungkinan hari Kamis sudah kembali ke Batam dan langsung ke Johor Bahru lagi untuk mendapatkan multiple entry visa.
Ada rencana sisipan untuk ke Padang jika waktunya memungkinkan. Daripada mengeluarkan biaya untuk menginap di hotel di Pekanbaru, lebih ekonomis jika pulang ke Padang yang dapat ditempuh dalam 7 jam jalan darat dengan kendaraan travel. Kebetulan Mama Miar akan kembali pergi naik haji tahun ini. Masuk asrama tanggal 29/Nov dan berangkat dari Padang tanggal 30/Nov. Jadi, sebuah rencana indah lain dari Allah untuk mempertemukan kami dengan keluarga di Padang pada saat-saat yang sangat tepat.

Meeting

Salah satu hari yang dipenuhi oleh meeting, meeting, meeting dan meeting! Dari pagi mulai kerja sampai menjelang Magrib begini, hanya diselingi oleh istirahat makan siang dan shalat Ashar. Selebihnya, di ruang meeting. Operational meeting, product meeting, customer audit meeting, review board meeting dan production plan meeting.

Kadang-kadang benar juga pertanyaan Mama Ani: “Lalu kerjanya kapan? Papa tuh digaji untuk duduk, dengerin boss ngomong, mikir dikit, terus suruh anak buah mengerjakan“.

Terus apa bedanya dengan tukang penyampai pesan?

Antara capek, mumet, dan senyum ironi 🙂

Hunian Baru

Ini photo-photo unit apartemen yang baru kami tempati.

Ruang tamu dan keluarga:

Meja makan dan dapur:

Kamar tidur

Lemari, kamar mandi dan gorden

Semoga menjadi rumah yang memberikan perlindungan, membawa berkah dan seperti orang bule bilang ‘home sweet home’!

NB: Saat photo ini diambil, ADA tak melewatkan kesempatan untuk menjadi model!

Berhala-Berhala

Papa ngga’ malu pakai HP itu?” Mama Ani pernah bertanya dulu.
Udah Pak, ganti HP dong dengan yang baru! Lihat tuh operator saja pakai HP canggih semua…” ada juga bawahan yang bicara begitu.
Ngga’ beda jauh kita,” bisik Udin, “sama bututnya HP kita!” sambil tersenyum menghibur sedikit.

Lha, laptop yang dulu dipakai dimana?” yang lain menanyakan barang pinjaman yang pernah dilihatnya kugunakan.
HP Bapak yang canggih itu? Itu yang ada pencet-pencet pakai tusuk itu lho…” seorang bawahan menanyakan PDA phone yang sudah berpindahtangan itu.
Memangnya di rumah belum punya ya? Keren lho, anak-anak senang memainkannya!” sahabat lama berbicara mengomentari PSP dan PS2.
Kemarin lihat di toko di Harbour Front, bagus banget! Nikon punya…” teman seperjalanan bercerita sambil memandangi kameranya, “sudah saatnya mengganti yang ini!
Itu baru beli. Yang murah-murah aja kok dan hanya 40GB” kata yang baru beli external HDD.

Ahhh… berhala-berhala akhir zaman. Kenapa harus punya? Kenapa harus terpikirkan? Kenapa harus dipertanyakan? Kenapa harus dikejar? Kenapa harus…?

Bahkan untuk yang sederhana dan lumrah juga menimbulkan desakan:

Eh, Anda ngga’ pakai jam tangan ya?” seorang teman bertanya, “beli dong biar keren! Masa’ Manager ngga’ pakai jam tangan?!

Kalau aku merasa betah dengan HP Siemens jadulku, kenapa harus punya HP keluaran mutakhir? Toh kegunaan HP untukku adalah hanya untuk menelpon dan SMS saja!
Kalau aku merasa cukup dengan slave disk 30GB dan flash disk 512MB, untuk apa membeli media penyimpanan data lain? Yang gratis di internet juga banyak!
Kalau aku merasa tidak nyaman menggunakan jam tangan, kenapa harus dipaksakan demi mengejar citra penampilan? Toh yang dilihat itu seharusnya tetap saja ‘isi’, bukan ‘bungkus’!
Kalau aku…. (dan masih banyak kalau-kalau yang lain).

Kenapa harus memperbudak diri untuk berhala-berhala itu?

Tidak habis pikir!

Pilihan Unit Sewa

Setelah harus cari-cari lagi karena kecewa dengan ‘lidah yang tak bertulang’, maka kami punya beberapa pilihan lagi sekarang.
B15-06
Fasilitas standard (3 bedrooms, 1 AC di master bedroom, 2 bathrooms, sofa, dining table, TV table dan kitchen stove) plus 1 AC tambahan (milik penyewa sebelumnya, akan diambil), water heater di kamar mandi utama, 1 kulkas (2 pintu, besar dan masih baru), 1 mesin cuci (baru), 1 TV 14 inch (milik penyewa sebelumnya, dia tawarkan RM300 kalau aku mau beli), tabung gas untuk kompor dan teralis depan. Ditawarkan dengan harga sewa RM850 sebulan plus 1 bulan deposit untuk sewa dan listrik air. Ada komisi tambahan RM200~300 untuk agen. Bisa ditempati mulai 26/Nov.

A4-05
Fasilitas standard (3 bedrooms, 1 AC di master bedroom, 2 bathrooms, sofa, dining table, TV table dan kitchen stove) plus 2 AC tambahan (di 2 kamar yang lainnya), water heater di master bedroom, 1 kulkas (1 pintu, ukuran sedang dan masih sangat baru), 1 mesin cuci (baru), 1 TV 29 inch, sofa/meja makan/gorden sudah diganti dengan model yang bagus, menarik dan masih baru, peralatan dapur lengkap (piring, sendok, tempat sampah, ketel listrik dan dispenser), 3 kipas angin, dan teralis komplit sekeliling. Ditawarkan dengan harga sewa RM1000 sebulan plus 2 bulan deposit untuk sewa dan listrik air. Tidak ada komisi untuk agen karena langsung berhubungan dengan pemilik rumah. Bisa langsung ditempati.

A7-07
Fasilitas standard (3 bedrooms, 1 AC di master bedroom, 2 bathrooms, sofa, dining table, TV table dan kitchen stove) plus 1 kulkas (1 pintu, ukuran sedang, kondisi standard), 1 TV 20 inch, tabung gas untuk kompor dan teralis depan saja. Ditawarkan dengan harga sewa RM750 sebulan plus 1 bulan deposit untuk sewa dan listrik air. Jika ingin ditambahi teralis lagi di bagian dalam, pemilik minta uang deposit 2 bulan. Ditambah lagi komisi untuk agen RM200~300. Bisa ditempati mulai 22/Nov.

Jadi bingung untuk menentukan unit mana yang akan disewa. Karena harus juga mempertimbangkan kemampuan kocek pribadi, kenyamanan dan selera juga. Pilih yang mana?

Update 21/Nov: Unit A4-05 yang kami pilih, setelah mempertimbangkan banyak hal. Juga setelah berhasil menawar harga sewa hingga turun ke RM900 (sudah termasuk maintenance fee yang RM110). Tadi malam kami memindah-mindahkan barang dan langsung menginap di sana. Tadi malam juga untuk pertama kalinya ADA tidur sendiri di kamar yang diperuntukkan khusus baginya sendiri! Nih ada photonya di samping.

Mama Ani & ADA

Lupa cerita bahwa Mama Ani dan ADA sedang bersamaku di Gelang Patah sejak minggu lalu. Sempat kesebut sih (di sini) tapi ya sekilas aja. Nah biar lengkap, ini ada photo aksi mereka saat Jum’at malam lalu aku mengambil photo Mama Ani untuk keperluan pas photo melengkapi pengajuan permit.
Senyum si ADA ngga’ seperti biasanya. Kaku karena terhalang lipstik, hahaha…!

The Kite Runner

Tadi malam baru saja menyelesaikan sebuah novel berjudul The Kite Runner. Agak ketinggalan jauh sebenarnya karena novel ini pertama kali dirilis tahun 2003 di Amrik sana. Tapi aku baru tahu dan membacanya sekarang ini.

Novel ini bercerita tentang perjalanan hidup seorang warga Afghanistan yang dibayangi oleh rasa bersalah atas peristiwa masa kecilnya, ditulis dengan sangat memikat dan menyentuh oleh penulis berdarah asli Afghanistan Khaled Hosseini. Sebuah novel yang mampu membawa pembacanya ikut merasakan dan menjalani kehidupan keras di Afghanistan, mulai dari pasca perang saudara, kejatuhan monarki, masuknya Soviet, eksodus warga Afganistan mengungsi ke Pakistan dan negara-negara lain (termasuk Amerika, dimana tokoh utama Amir dibawa oleh ayahnya Baba), sampai ke masa berkuasanya Taliban dan kejatuhannya.

Karakter tokohnya beragam dan kuat. Amir yang dihantui kesalahan masa lalunya, Hassan yang selalu membela dan melayani Amir, Baba yang terhormat tapi harus menerima kekalahan hidup di pengungsian, Rahim Khan yang mengetahui banyak hal mengenai rahasia-rahasia Baba, sampai Assef sang antagonis pemerkosa Hassan yang akhirnya menerima pembalasan Sohrab (anak Hassan) di akhir cerita.

Plot cerita yang melompat-lompat dari satu peristiwa ke peristiwa lainnya sungguh menarik diikuti. Berat rasanya melepaskan buku ini sebelum selesai karena takut kehilangan detail cerita, budaya dan bahasa khas yang diwarnai rasa Afghanistan kental.

Novel yang bagus. Tak heran jika ia telah diangkat ke layar lebar dan mendapatkan pujian juga.

Passport & Gold Card

Melakukan perjalanan lintas 3 negara (Indonesia – Singapore – Malaysia) setiap akhir minggu sudah menjadi hal yang biasa bagiku. Sama seperti jika di negara sendiri, saat pergi dari satu kota ke kota lainnya seperti dari (misalnya) Batam ke Padang lalu ke Jakarta, juga melewati batas-batas daerah, laut, dan pulau yang berbeda.
Yang membedakannya antara lain dalam moda transportasi yang digunakan. Indonesia (via Batam) menuju Singapore dapat dicapai menggunakan kapal ferry cepat, dilanjutkan dengan transportasi darat kereta MRT dan bus menuju Johor Bahru (Malaysia), dapat ditempuh dalam waktu sekitar 3 jam saja. Sementara kalau dari Batam ke Padang lalu ke Jakarta jelas akan makan waktu berhari-hari untuk ditempuh jika menggunakan jalan darat, sehingga jauh lebih efisien jika menggunakan pesawat terbang.

Hal lain yang membedakan adalah perlunya dokumen perjalanan berupa paspor agar dapat melintasi pintu-pintu imigrasi di setiap perbatasan negara. Setiap kali masuk dan keluar negara, lembaran paspor akan distempel tanda masuk atau keluar untuk memudahkan pengawasan terhadap orang asing. Semakin sering keluar masuk maka semakin banyak stempel yang ada di buku paspor. Dengan frekwensi keluar masuk yang tinggi seperti aku saat ini, maka lembaran-lembaran paspor akan cepat penuh dan jika penuh maka paspor harus diperbaharui untuk mendapatkan buku baru.

Pasporku saat ini yang baru diperpanjang bulan May lalu, sekarang telah terisi penuh sampai halaman 24. Artinya, setengah dari buku paspor Indonesia berketebalan 48 halaman untuk masa pakai 5 tahun telah terpakai dalam waktu kurang dari 6 bulan! Boros sekali, bukan? Jika terus begitu, bisa-bisa setiap tahun aku harus memperbaharui paspor deh…!

Karena itu aku cukup bersyukur disediakan Gold Card oleh perusahaan dimana dengan menggunakan Gold Card sebagai expatriate pass, pasporku tidak perlu lagi distempel oleh imigrasi Malaysia. Paling tidak kepemilikan Gold Card ini dapat mengurangi 33,33% laju pemakaian lembar-lembar paspor! 🙂

(Untuk alasan tertentu, photo memang sengaja dibuat tidak fokus.)

Lidah, Apartemen dan Hikmah

Pepatah bilang lidah tak bertulang untuk menyebutkan bahwa kata atau ucapan seseorang dapat berubah sewaktu-waktu, tidak dapat dipegang, bahkan mendustai yang sebelumnya diucapkan. Mungkin pepatah itu cukup tepat diterapkan pada hal yang sedang kuhadapi sekarang.

Seperti disebut di sini, aku sudah mendapatkan unit apartemen untuk kami tempati mulai awal Desember nanti. Perjanjian lisan dengan Peter sebagai broker sudah dibuat, bahkan aku sudah menawarkan untuk memberikan uang muka sebagai tanda jadi tapi ditolaknya karena katanya tak perlu.

Tapi yang aku dan Mama Ani lihat ketika kami sampai di apartemen Senin siang kemarin cukup mengecewakan. Di unit A-5-6 itu nampak sudah ada yang menghuni, mereka baru saja pindah hari Minggu! Bahkan Senin malamnya sebagian barang-barang masih nampak dibawa masuk ke dalam.

Apa boleh buat, berarti bukan rejeki kami untuk menyewa unit tersebut. Ini pelajaran bagus untukku agar tidak mudah mempercayai ucapan orang di negeri tetangga ini. Juga mungkin agar aku berusaha lebih keras lagi untuk mencapai sesuatu. Dan semoga Allah memiliki rencana lain yang lebih baik untukku, misalnya mendapatkan unit yang lebih baik fasilitasnya atau yang harga sewanya lebih murah 🙂 Mudah-mudahan saja…

Yang jelas aku harus cari-cari lagi nih…